Pages

Mudik Pati - Melepas Rindu dengan Keluarga dan Kuliner Khas Pati

Beberapa tahun gak mudik membuat saya merasa sangat excited untuk mudik kali ini. Apalagi ditambah rasa kangen rumah Mbah pas sholat di mushola deket basecamp TeknoJurnal yang lama. Suasana jalan menuju musholanya ngingetin sama suasana jalan ke mushola deket rumah Mbah.
Oh iya, Mbah saya itu tinggalnya di Pati. Sebuah kota yang terletak di kaki gunung Muria. Bagi kalian yang mudik melewati Pantura ke arah Jawa Timur pasti tahu kota ini. Kota ini tidak begitu besar, satu karesidenan dengan Rembang dan Kudus yang sama-sama memiliki plat kendaraan dengan huruf K di depannya. Jadi kalau ada temen kalian yang punya plat K, berarti itu satu kampung halaman dengan saya. Hehehe..



Setelah diantar oleh bis dengan jarak tempuh perjalanan normal, sampailah saya dan keluarga di tempat pemberhentian Pasar Puri. Sampai di sana, ada sebuah ritual yang tidak boleh saya lewatkan kalau sampai Pati, yaitu makan nasi Gandul. Nasi gandul ini sudah langganan saya dari kecil. Gak perlu ditanya, rasanya enak banget. 6 dari 6 orang anggota keluarga dengan ikhlas makan sampe 2 porsi J)
Singkat cerita, karena saya sampai di sana masih dalam bulan puasa, saya lebih banyak menghabiskan waktu saya untuk di rumah Mbah dan pakdhe-budhe saya. Daerah rumah Mbah saya terletak di kaki gunung muria, namanya Gunung Rowo. Butuh sekitar 40 menit perjalanan naik motor/mobil untuk mencapainya. Nah, di desa Mbah saya ini ada pariwisatanya juga. Namanya Waduk Gunung Rowo.

Waduk Gunung Rowo

Entah luasnya berapa, tapi saya dapet laporan dari adik saya butuh waktu 2 jam untuk mengelilingi waduk ini dengan berjalan kaki. Cukup luas. Menurut saya, bagian terindah dari waduk ini bukan waduk itu sendiri, tapi ada pemandangan Gunung Muria di belakangnya. Kamu wajib datang kesini selepas maghrib, dikarenakan gak ada polusi cahaya sama sekali, kamu bakal bisa melihat yang namanya bintang senja. Itu loh, bintang yang cahayanya terang banget setelah matahari tenggelam.

Siluet adik saya saat sore di Waduk Gunung Rowo

Ikan Bakar

Ini mungkin memang bukan kuliner khas Pati, tapi kalau mampir ke Waduk Gunung Rowo kurang lengkap rasanya ga nyicipin apa yang lagi rame disukain pengunjung sini. Yap, ikan bakar. Salah satu ikan bakar yang paling enak itu di warung yang dimiliki oleh Ibu Mi. Warungnya warna hijau. Entah ikan apa yang dibakar disitu, sampai-sampai saya yang tidak suka ikan dari kecil bisa nambah 2 piring. Sedaap!


Nasi, ikan bakar, sambal. Menggiurkan!

Naga di Waroeng Pati

Apa itu naga? Namanya unik ya! Naga itu sebenernya singkatan dari Nasi Gandul. Jujur saya baru tahu singkatan tersebut, karena meskipun saya penggemar nasi gandul sejak kecil, ayah ibu saya ga pernah ngasih tahu kalau Nasi Gandul bisa disingkat. Haha
Ga perlu repot-repot nyari dimana yang jual Nasi Gandul. Di jalan raya dari Pati menuju Kudus sudah ada sebuah rumah makan yang menjual berbagai macam kuliner khas Pati. Namanya adalah Waroeng Pati. Lokasi tepatnya adalah Jalan Raya Pati Kudus KM 6,3.

Ceritanya ngasih tahu: Bro, ini lho Waroeng Pati!

Saya mampir di Waroeng Pati itu setelah lebaran, jadi bisa makan sore-sore. Sengaja dari rumah ga makan siang. Biar laparnya menggila. Hehe. Ga lupa juga saya ngajak adik dan sepupu saya untuk nyicipin menu yang ada di sini. Apa aja menu yang tersedia? Bagaimana suasana yang ada di dalamnya? Mari kita lanjutkan ceritanya!
***
Dari semua menu, beberapa menu menarik perhatian saya. Satu yang paling saya ingat adalah "Si Putih Dingin", penasaran. Tanpa banyak tanya langsung aja saya pesen.

Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya pesanan saya datang bersamaan beberapa minuman pesanan sepupu saya, serta Nasi Gandul yang pastinya ga boleh terlewat untuk dicobain di sini.
Si Putih Dingin (kiri), Es Jeruk (tengah, pesanan sepupu saya standar banget), Es Kopyor (kanan)

Ternyata si putih dingin itu terdiri dari:
- selasih
- nata de coco
- kelapa
- jelly
- sirsak
- susu

Jangan ditanya bagaimana rasanya, suegerrr! Saran saya, kalau mampir ke waroeng pati, pesen minuman ini untuk menemani menu Nasi Gandul yang kita pesan. Oiya, Nasi Gandul yang saya pesan menggunakan tambahan menu telor. Bagi yang ga tahu apa itu nasi gandul. Nasi gandul itu nasi yang disiram dengan kuah santan yang agak pekat. Ditaburi kecap khas pati, kemudian dberi daging atau telor. Meskipun kuahnya terlalu banyak menurut saya, tapi gak mengurangi cita rasa nasi gandul yang ada.

Penampakan Nasi Gandul (Naga) Khas Waroeng Pati

Saya tipe orang yang iseng. Kalau ada saudara saya yang makan di deket saya pasti bawaannya pengen nyobain. Hehe.. Apa aja sih yang mereka pesen? Adik saya pesen Sori (Soto Kemiri), sedangkan sepupu saya pesen Nasi Bakar Tuna. Rasanya enaaak. Soto Kemiri ini selain ada potongan dada dan sayapnya, juga diperkaya dengan toge, telor, dan sambal yang udah ada di dalamnya. Ditambah dengan taburan jeruk nipis, rasanya semakin gurih. Sedangkan Nasi Bakar Tuna ini dibungkus dengan daun pisang kemudian dicampur dengan ikan tuna di dalamnya, ada lalap daun singkong juga di dalamnya, dibakar lalu disajikan.

Adik saya lagi asik menikmati SoRi (Soto Kemiri) yang dia pesan

Penampakan Soto Kemiri dari jarak dekat

Nasi Bakar Tuna yang bikin ngiler!

Kenyang saya makan, saya masih ingin bermain-main. Di Waroeng Pati ada area indoor dan area outdoor. Saya lebih suka area outdoor. Maka itu saya mengeksplorasi bagian luar Waroeng Pati ini. Ada ayunan, air mancur, musholla. Adem ayem dan menyejukkan mata.

Ada kolam ikan di sebelah tempat lesehan outdoor


Air mancurnya selain bisa buat tempat seru-seruan (kiri), bisa juga buat galau (kanan)

Puas foto-foto dan bayar. Saya lalu pulang Eh tunggu dulu! Berapa saya harus bayar? Totalnya kurang dari 100ribu lho. Wuhuuu! Ga kapok deh saya mampir kemari. Sepertinya malah bakal ngajak keluarga lainnya buat mampir kemari. Hahaha

Bro, ini lho Waroeng Pati (Part 2)

Terima kasih telah datang ke Waroeng Pati (ceritanya begitu)

Begitulah pengalaman singkat saya selama mudik ke kampung halaman. Semoga saya bisa berkunjung lebih sering lagi untuk nengokin sanak saudara dan melepas rindu dengan kulinernya.
Sampai jumpa


Tulisan ini saya sertakan dalam lomba blog Waroeng Pati